6 Alasan Mengapa Kecerdasan Buatan (AI) Tidak Bisa Menggantikan Manusia di Tempat Kerja

Ketika kita berhadapan dengan pertumbuhan pesat teknologi kecerdasan buatan (AI) di pasar tenaga kerja saat ini, pertanyaan muncul: apakah manusia akan tergantikan oleh mesin?

Meskipun AI didesain untuk melakukan pekerjaan dengan lebih efisien dan cepat, ada beberapa alasan yang menjelaskan mengapa peran manusia tetap tak tergantikan di tempat kerja.

Dalam artikel ini, kita akan mengungkapkan enam alasan mengapa kecerdasan buatan tidak dapat menggantikan manusia secara keseluruhan.

1. AI Kurang Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor pembeda yang membuat manusia selamanya relevan di tempat kerja. Pentingnya kecerdasan emosional di dunia kerja tidak bisa disepelekan, terutama saat berhadapan dengan klien.

Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat disangkal adalah kebutuhan akan hubungan emosional dengan orang lain. AI mencoba meniru kecerdasan manusia, namun kecerdasan emosional tidak mudah ditiru seperti kecerdasan intelektual. Mengapa? Karena memerlukan empati dan pemahaman mendalam tentang pengalaman manusia, terutama rasa sakit dan penderitaan, dan AI tidak merasakan sakit.

Pemilik bisnis dan eksekutif perusahaan yang cerdas memahami pentingnya menarik emosi staf dan klien. Mesin tidak dapat mencapai tingkat hubungan antarmanusia seperti itu, tetapi, sebagai manusia, ada cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional Anda.

Terlepas dari seberapa baik mesin AI diprogram untuk merespons manusia, kecil kemungkinannya manusia akan mengembangkan hubungan emosional yang kuat dengan mesin tersebut. Oleh karena itu, AI tidak dapat menggantikan manusia, terutama karena hubungan dengan orang lain sangat penting bagi pertumbuhan bisnis.

2. AI Hanya Dapat Bekerja Dengan Input Data

AI hanya dapat berfungsi berdasarkan data yang diterimanya. Lebih dari itu akan membutuhkan lebih dari yang mampu ditanganinya, dan mesin tidak dibuat dengan cara seperti itu. Jadi, ketika data yang dimasukkan ke dalam mesin tidak mencakup area kerja baru, atau algoritmenya tidak menyertakan keadaan yang tidak terduga, maka mesin menjadi tidak berguna.

Situasi ini biasa terjadi di industri teknologi dan manufaktur, dan pembuat AI terus-menerus mencoba mencari solusi sementara. Gagasan bahwa alat AI akan beradaptasi dengan situasi apa pun adalah salah satu dari beberapa mitos umum seputar kecerdasan buatan.

Oleh karena itu, jika Anda takut AI dapat menyusup ke semua industri dan menghilangkan permintaan akan keterampilan profesional Anda, yakinlah bahwa hal itu tidak akan terjadi. Penalaran manusia dan kekuatan otak manusia untuk menganalisis, menciptakan, berimprovisasi, bermanuver, dan mengumpulkan informasi tidak dapat dengan mudah ditiru oleh AI.

3. Proses Kreatif AI Terbatas pada Data yang Diterimanya

Saat melakukan brainstorming konsep kreatif dan cara melakukan pekerjaan, AI tidak memiliki kemampuan manusia karena, seperti yang sudah ada, AI hanya dapat bekerja dengan data yang diterimanya. Oleh karena itu, ia tidak dapat memikirkan cara, gaya, atau pola baru dalam melakukan pekerjaan dan terbatas pada pola yang diberikan.

Pengusaha dan karyawan tahu betapa pentingnya kreativitas di ruang kerja. Kreativitas menawarkan sensasi menyenangkan akan sesuatu yang baru dan berbeda, bukan tindakan membosankan dan berulang yang dirancang untuk berfungsi oleh AI. Kreativitas adalah landasan inovasi.

Terkait dengan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir out of the box. Mesin dirancang untuk “berpikir di dalam kotak”. Artinya, alat AI hanya dapat berfungsi sesuai dengan data yang diberikan.

Di sisi lain, manusia dapat berpikir di luar kebiasaan, mencari informasi dari berbagai cara dan menghasilkan solusi terhadap masalah kompleks dengan sedikit atau tanpa data yang tersedia. Karena AI tidak memiliki kemampuan untuk berpikir out of the box dan menghasilkan ide-ide kreatif untuk inovasi, AI tidak dapat mengambil alih manusia di ruang kerja.

4. AI Tidak Memiliki Soft Skill

Soft skill merupakan hal yang wajib dimiliki oleh setiap pekerja di dunia kerja. Hal tersebut mencakup kerja tim, perhatian terhadap detail, pemikiran kritis dan kreatif, komunikasi yang efektif, dan keterampilan interpersonal, dan masih banyak lagi. Keterampilan lunak ini dibutuhkan di setiap industri, dan Anda harus mengembangkannya agar berhasil secara profesional.

Manusia diajarkan dan dituntut untuk memiliki keterampilan tersebut; mengembangkannya sangat berharga bagi semua orang, apa pun posisinya. Para eksekutif perusahaan membutuhkan mereka untuk berkembang, begitu pula tim pekerja lapangan di industri apa pun. Oleh karena itu, soft skill ini memberi Anda keunggulan dibandingkan AI di ruang kerja.

Namun, soft skill asing bagi mesin dengan kecerdasan buatan. AI tidak dapat mengembangkan soft skill yang penting bagi pengembangan dan pertumbuhan tempat kerja. Mengembangkan keterampilan ini memerlukan penalaran dan kecerdasan emosional tingkat tinggi.

5. Manusia Membuat AI Berfungsi

Tidak akan ada kecerdasan buatan tanpa kecerdasan manusia. Istilah kecerdasan buatan berarti manusia yang merancangnya. Manusia menulis baris kode yang digunakan untuk mengembangkan AI. Data yang digunakan mesin AI dimasukkan oleh manusia. Dan manusialah yang menggunakan mesin ini.

Seiring dengan berkembangnya aplikasi AI, layanan manusia juga akan semakin berkembang. Seseorang harus merancang proses AI mesin, membuat mesin ini, mengoperasikan, dan memeliharanya. Hanya manusia yang bisa melakukan ini. Berdasarkan fakta-fakta ini, Anda dapat dengan berani menampik spekulasi bahwa AI akan mengalahkan manusia di ruang kerja.

6. AI Dimaksudkan untuk Melengkapi Kemampuan dan Kecerdasan Manusia, Bukan Menyainginya

Penerapan kecerdasan buatan memang mulai diterapkan di tempat kerja, dan akan menggantikan banyak pekerjaan yang dilakukan manusia saat ini. Namun, pekerjaan yang dilakukan seringkali terbatas pada tugas berulang yang memerlukan penalaran yang tidak terlalu intens. Selain itu, tuntutan tempat kerja yang terus berkembang akan menciptakan peran baru bagi manusia seiring dengan pergerakan dunia menuju lanskap teknologi yang lebih terintegrasi.

Sebuah laporan dari Forum Ekonomi Dunia menunjukkan bahwa meskipun mesin dengan AI akan menggantikan sekitar 85 juta pekerjaan pada tahun 2025, sekitar 97 juta pekerjaan akan tersedia pada tahun yang sama berkat AI. Jadi, pertanyaan besarnya adalah: Bagaimana manusia bisa bekerja dengan AI dan tidak digantikan oleh AI? Itu harus menjadi fokus kita.

Karena di zaman sekarang ini, akan sulit, bahkan mustahil, untuk hidup tanpa AI—dan tanpa manusia, tidak akan ada kecerdasan buatan. Organisasi yang berpikiran maju telah mengembangkan cara untuk menggabungkan kemampuan manusia dan AI untuk mencapai tingkat produktivitas dan inovasi yang lebih tinggi.