Lisyanto, Sekretariat-PPA
Annuqayah.ID – Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Putri Pondok Pesantren Annuqayah kembali manarik perhatian publik, terbukti dari sepekan yang lalu sudah mampu merealisasikan beberapa program unggulannya, seperti Bahtsul Masail Jalsah ke-XI, Khatmil Kitab, dan Musyawarah Kubro Jalsah ke-X.
Jumat (29/7) siang, di musala PPA Lubangsa Selatan Putri lantai II, pengurus LBM Putri gelar acara Musyawarah Kubro Jalsah ke-X yang dihadiri oleh Kiai Abdul Halim sebagai mushahhih dan juga delegasi perdaerah yaitu PPA Latee II, PPA Latee I, PPA Lubangsa Putri, PPA Lubangsa Selatan, PPA AL-Idrisi, PPA As-Syafi’iyah. Peserta delegasi dibatasi hanya ada lima orang, meskipun terkadang juga ada yang melebihi ketentuan.
Selanjutnya, dalam forum musyawarah ini yang paling sering angkat bicara itu delegasi dari PPA Lubangsa Putri dan PPA Latee I. Hal ini dibenarkan oleh ketua LMB Putri bahwa yang aktif biasanya hanya yang menjadi qari’ah.
“Kebetulan, yang bertugas jadi qari’ah sekarang itu delegasi dari Latee I. Makanya tadi mereka terlihat sering angkat bicara melawan delegasi yang dari Lubangsa Putri,” jelas Mar’atun Qonitatillah.

Musyawarah yang sudah berlanjut tiga tahun ini, pada kesempatan siang ini membahas masalah “Mengsuap Kedua Sepatu” yang diambil dari kitab Fathul Qarib membuat pemahaman para peserta berbeda pendapat. Kiai Abdul Halim sendiri yang menjadi mushahhih tidak tinggal diam agar forum tetap berjalan sesuai harapan, dan tidak vakum.
“Sudah yah. Mana delegasi dari yang lain kok hanya diam saja? ada berbagai jawaban dari peserta tadi, yaitu delegasi dari lubangsa Putri dan juga Letee I, meskipun jawaban dari keduanya ternyata salah,” dawuh Kiai Halim.
Hari semakin siang, tidak terasa musyawarah sudah berlangsung kurang lebih satu jam. Kebetulan hari ini adalah hari Jumat, kewajiban bagi muslim laki-laki untuk melaksanakan salat Jumat. Sebagai penutup acara ini, salah satu peserta yang berasal dari PPA Lubangsa Putri mengakui tentang jawabannya yang salah.
“Iya. Jawaban kami memang salah, karena kami kurang persiapan. Jadi, kami hanya memahami sepotong-sepotong saja dalam kitab,”papar Siti Alwiyah, santri yang masih duduk di bangku Madrasah Aliyah 1 Putri Annuqayah tersebut.